
Dominasi Paris dan Ketangguhan Inggris: Luis Enrique dan Sarina Wiegman Rajai Panggung FIFA 2025
DOHA – Tahun 2025 resmi menjadi tahun yang tak terlupakan bagi sepak bola Prancis dan Inggris. Dalam malam penghargaan yang gemerlap di Doha, Qatar, FIFA menobatkan dua juru taktik jenius sebagai yang terbaik di dunia. Luis Enrique, arsitek di balik transformasi Paris Saint-Germain (PSG), terpilih sebagai Pelatih Pria Terbaik FIFA 2025 (The Best FIFA Men’s Coach), sementara Sarina Wiegman kembali mengukuhkan statusnya sebagai legenda hidup sepak bola wanita dengan membawa pulang gelar serupa untuk kategori putri.
Acara FIFA Celebration Dinner yang berlangsung pada Rabu (17/12/2025) dini hari WIB tersebut menjadi saksi pengakuan dunia atas kinerja luar biasa kedua pelatih ini. Bagi Enrique, ini adalah puncak dari musim yang nyaris sempurna, sementara bagi Wiegman, ini adalah bukti konsistensi yang tak tertandingi.
Revolusi Luis Enrique di Paris
Terpilihnya Luis Enrique bukanlah sebuah kejutan, melainkan sebuah konfirmasi atas dominasi total PSG sepanjang tahun kalender ini. Pelatih asal Spanyol tersebut berhasil mengungguli nama-nama besar lainnya yang masuk dalam daftar kandidat, seperti Mikel Arteta, Enzo Maresca, Roberto MartÃnez, hingga pelatih veteran Javier Aguirre. Namun, persaingan terketat datang dari Hansi Flick dan Arne Slot yang menempel ketat di posisi tiga besar.
Alasan utama di balik kemenangan mutlak Enrique adalah raihan empat gelar bergengsi yang ia persembahkan untuk publik Parc des Princes. Tahun 2025 menjadi momen di mana PSG akhirnya melepaskan “kutukan” Eropa mereka. Di bawah asuhan Enrique, PSG tidak hanya mendominasi kompetisi domestik dengan menyapu bersih gelar Ligue 1, Coupe de France, dan Trophée des Champions (Piala Super Prancis), tetapi juga meraih “Holy Grail” yang selama ini mereka idamkan: Liga Champions UEFA.
Kemenangan di final Liga Champions melawan Inter Milan menjadi sorotan utama. Tidak tanggung-tanggung, PSG melumat raksasa Italia tersebut dengan skor telak 5-0. Kemenangan ini menempatkan PSG sebagai klub Prancis pertama dalam sejarah yang meraih treble di level kontinental, sebuah pencapaian yang membuat Enrique layak disebut sebagai pahlawan baru Paris.
Selain trofi tim, pengakuan individu juga mengalir deras. Sebelum memenangkan penghargaan FIFA ini, Enrique juga telah dinobatkan sebagai UNFP Ligue 1 Manager of the Year untuk musim 2024/25.
Absen Demi Ambisi Selanjutnya
Menariknya, sosok utama malam itu justru tidak hadir di Doha. Luis Enrique memilih untuk tidak menghadiri seremoni penghargaan tersebut. Keputusan ini didasari oleh dedikasi profesionalismenya yang tinggi. Enrique tengah memfokuskan seluruh energinya untuk memimpin pasukannya dalam laga final Piala Interkontinental melawan Flamengo yang dijadwalkan berlangsung pada Kamis (18/12/2025) dini hari WIB.
Ketidakhadiran Enrique diwakili oleh asisten pelatih kepercayaannya, Rafel Pol, yang naik ke panggung untuk menerima trofi menggantikan Carlo Ancelotti, pemenang edisi sebelumnya.
Meskipun tahun 2025 penuh dengan kejayaan, perjalanan Enrique bukan tanpa cela. PSG sempat merasakan pahitnya kekalahan di final edisi perdana Piala Dunia Antarklub FIFA 2025, di mana mereka tumbang 0-3 dari Chelsea. Namun, perjalanan menuju final turnamen tersebut tetap menjadi poin plus di mata para pemilih (voters). PSG dinilai tampil memikat dengan menyingkirkan raksasa Eropa seperti Bayern Munich dan Real Madrid dalam perjalanan mereka, membuktikan bahwa PSG di era Enrique adalah kekuatan yang menakutkan secara global.
Sarina Wiegman: Ratu Sepak Bola Eropa
Beralih ke kategori wanita, nama Sarina Wiegman kembali bergema. Pelatih Timnas Inggris asal Belanda ini memenangkan penghargaan The Best FIFA Women’s Coach untuk kelima kalinya, sebuah rekor fantastis yang tampaknya akan sulit disamai oleh pelatih mana pun dalam waktu dekat. Sebelumnya, ia telah memenangkan penghargaan ini pada tahun 2017, 2020, 2022, dan 2023.

Kunci kemenangan Wiegman tahun ini adalah keberhasilannya membawa The Lionesses mempertahankan gelar juara Eropa. Pada ajang UEFA Women’s EURO 2025, Inggris menunjukkan mentalitas juara yang luar biasa. Di partai final, mereka harus berhadapan dengan Spanyol, sang juara bertahan Piala Dunia Wanita yang dikenal memiliki teknik tinggi.
Pertandingan tersebut berlangsung sengit hingga harus ditentukan melalui drama adu penalti. Ketenangan dan strategi Wiegman terbukti ampuh, mengantarkan Inggris keluar sebagai pemenang. Gelar ini sekaligus menjadikan Wiegman sebagai pelatih pertama dalam sejarah yang memenangkan tiga gelar UEFA Women’s EURO, memperpanjang dominasinya di kancah sepak bola putri internasional.
Filosofi Sang Pemenang
Dalam sambutannya, Wiegman tidak berbicara tentang rekor pribadinya. Ia justru menekankan pentingnya kolektivitas tim. Baginya, penghargaan individu hanyalah refleksi dari kerja keras seluruh elemen tim, mulai dari pemain hingga staf pendukung.
“Ini benar-benar sangat, sangat spesial. Saya merasa sangat terhormat, dan ini menunjukkan banyak hal tentang tim-tim yang pernah bekerja bersama saya — perjalanan yang luar biasa yang saya jalani bersama mereka. Saya berharap, ke depan, perjalanan itu akan terus berlanjut,” ujar Wiegman dengan penuh emosi.
Ia menambahkan bahwa keindahan olahraga beregu terletak pada penyatuan berbagai talenta menuju satu tujuan yang sama. “Kehormatan. Itu menjelaskan semuanya tentang tim, dan tanpa tim, Anda tidak ada apa-apanya. Itulah indahnya olahraga beregu: ketika Anda memiliki begitu banyak talenta, lalu Anda menyatukan semuanya, dan semua orang bergerak ke arah yang sama, Anda bisa mencapai banyak hal,” pungkasnya.
Pernyataan Wiegman ini menutup malam penghargaan dengan pesan moral yang kuat. Baik Enrique maupun Wiegman membuktikan bahwa di balik trofi individu yang berkilau, terdapat kerja keras, strategi jitu, dan solidaritas tim yang kokoh. Tahun 2025 adalah milik mereka, dan dunia sepak bola kini menanti magis apa lagi yang akan mereka tunjukkan di masa depan.
