
Bobibos: Inovasi Bahan Bakar Organik Asli Indonesia, Harga Lebih Murah dan Ramah Lingkungan
Indonesia, sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, masih menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan energinya, terutama ketergantungan pada impor bahan bakar minyak (BBM). Namun, secercah harapan kini muncul dari inovasi anak bangsa. M. Ikhlas Thamrin, Direktur Utama PT Freeneg Generasi, secara resmi meluncurkan produk bahan bakar alternatif bernama Bobibos di Bumi Sultan Jonggol, Bogor, Jawa Barat, pada Minggu (2/11). Peluncuran ini bukan sekadar seremoni, melainkan sebuah pernyataan kedaulatan energi Indonesia.
Apa Itu Bobibos?
Bobibos adalah akronim dari “Bahan Bakar Original Buatan Indonesia Bos“. Sesuai namanya, ini adalah inovasi bahan bakar minyak organik yang menggunakan tanaman sebagai bahan dasarnya. Berbeda dengan bahan bakar fosil yang memerlukan jutaan tahun untuk terbentuk, bahan baku Bobibos berasal dari limbah pertanian yang sangat melimpah dan tidak memerlukan penanaman khusus. Cukup diolah langsung, menjadikannya solusi berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Inovasi ini hadir dalam dua jenis: Bobibos Merah untuk mesin diesel dan Bobibos Putih untuk mesin bensin. Keberadaan dua jenis ini menunjukkan fleksibilitas Bobibos untuk berbagai jenis kendaraan.
Riset Panjang dan Visi Kemandirian Energi
M. Ikhlas Thamrin, founder Bobibos, telah menjalankan riset bersama timnya sejak tahun 2007, atau selama lebih dari satu dekade. Keresahan akan ketergantungan Indonesia pada energi impor menjadi pemicu utama di balik riset panjang ini. Sebelumnya, ia juga sempat menemukan beberapa inovasi energi alternatif lainnya, seperti kompor dan motor listrik berbasis baterai.

Peluncuran Bobibos oleh PT Inti Sinergi Formula ini merupakan puncak dari kerja keras tersebut. “Kami ingin membuktikan bahwa bangsa ini mampu berdiri di atas kaki sendiri melalui ilmu pengetahuan. Setelah lebih dari 10 tahun riset mandiri, akhirnya kami menghadirkan bahan bakar yang murah, aman, dan beremisi rendah,” ujar Ikhlas. Ia juga menekankan bahwa bahan baku Bobibos berasal dari tanaman yang mudah tumbuh di berbagai wilayah Indonesia, termasuk di lahan persawahan. Konsep ini tidak hanya mendukung ketahanan energi, tetapi juga sejalan dengan ketahanan pangan nasional. “Kita ingin sawah tidak hanya menumbuhkan pangan, tetapi juga energi,” imbuhnya.
Dukungan Penuh dari Berbagai Pihak
Acara peluncuran dan uji coba Bobibos turut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, menunjukkan dukungan lintas sektor terhadap inovasi ini. Mulyadi, Anggota Komisi XI DPR RI sekaligus tokoh masyarakat setempat, menjelaskan bahwa peluncuran ini merupakan wujud kedaulatan energi Indonesia. Menurutnya, sudah saatnya Indonesia berani melakukan transformasi dari negara pengguna (konsumen) menjadi negara pembuat (produsen) energi.
Mulyadi juga menyoroti masalah impor BBM nasional. “Kebutuhan BBM kita 1,5–1,6 juta barel per hari. Produksi dalam negeri hanya 850.000 barel. Sisanya, sekitar 500.000 barel, masih impor,” ujarnya. Inovasi seperti Bobibos diharapkan dapat membantu pemerintah menekan beban subsidi energi. “Kalau subsidi energi bisa dialihkan ke pendidikan dan kesehatan, gaji guru bisa lebih layak. Ini bentuk kemandirian energi,” jelasnya.
Dukungan nyata juga datang dari H. Amir Mahpud, pemilik PT Primajasa Perdanaraya Utama, salah satu perusahaan transportasi terbesar. Ia menyatakan kesiapannya untuk menjadi pengguna Bobibos perdana, khususnya untuk armada bus miliknya yang beroperasi di wilayah Jabodetabek dan Jawa Barat. “Kami siap menjadi perusahaan transportasi pertama yang menggunakan bahan bakar karya anak bangsa ini. Kalau dulu Hino bisa mendunia karena kemitraan strategis, saya yakin Bobibos juga bisa,” ujarnya.
Keunggulan Bobibos: Lebih Murah, Bersih, dan Berkinerja Tinggi
Salah satu klaim paling menarik dari Bobibos adalah harganya. Diklaim, harga BBM Bobibos per liternya lebih murah sepertiga dibandingkan RON 98 produk Pertamina. Ini tentu menjadi daya tarik utama bagi masyarakat dan industri transportasi.

Tidak hanya murah, Bobibos juga diklaim jauh lebih bersih. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa Bobibos menghasilkan emisi mendekati nol dan kadar O₂-nya naik, menunjukkan pembakaran yang sempurna tanpa bau khas bahan bakar fosil. “Kita sudah uji, emisinya 0 dan kadar O₂-nya naik. Artinya, pembakarannya sempurna,” kata Ikhlas.
Mulyadi juga memastikan bahwa Bobibos sudah diuji dan mendapat sertifikasi dari Lemigas, lembaga di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). “Nilai oktannya 98,1, lebih tinggi dari Pertamina Turbo yang 98. Artinya, kualitasnya sangat layak,” ujarnya, menegaskan kualitas Bobibos yang setara bahkan lebih baik dari produk premium yang ada di pasaran.
Bukan Pesaing, Melainkan Alternatif Energi Baru Terbarukan
Mulyadi menegaskan bahwa Bobibos bukan pengganti bahan bakar fosil, melainkan alternatif energi baru terbarukan (EBT). “Kita tidak ingin bersaing. Ini hanya opsi untuk masyarakat. Ada kendaraan listrik, ada yang pakai BBM fosil, dan kini ada yang berbasis nabati,” kata Mulyadi. Proses izin produksi dan distribusi Bobibos tetap akan mengikuti regulasi dari pemerintah pusat, dengan koordinasi bersama Dirjen Energi Baru Terbarukan.
Dengan bahan baku yang melimpah dan mudah ditemukan di seluruh Indonesia, Bobibos memiliki potensi besar untuk diproduksi dari Sabang sampai Merauke. Ini adalah langkah nyata menuju kemandirian energi, mengurangi ketergantungan impor, menekan beban subsidi, serta mendorong pembangunan berkelanjutan. Bobibos adalah harapan baru bagi masa depan energi Indonesia yang lebih hijau, mandiri, dan sejahtera.
