September 17, 2025

Forum keamanan tahunan Beijing Xiangshan Forum tahun 2025 berlangsung di tengah ketegangan regional yang makin tinggi, sambil menghadirkan upaya China untuk menegakkan citra dirinya sebagai pusat diplomasi keamanan alternatif. Diselenggarakan pada 17–19 September di Beijing, forum ke-12 ini membawa tema “Upholding International Order and Promoting Peaceful Development Together”.

Acara besar ini dihadiri lebih dari 1.800 delegasi dari lebih 100 negara dan organisasi internasional — termasuk pejabat militer, diplomat, akademisi, dan anggota organisasi keamanan internasional.

Di antara yang hadir:

  • Lebih dari 40 menteri pertahanan atau panglima militer negara-negara yang diundang.
  • Perwakilan tinggi dari PBB, ASEAN, dan Komite Palang Merah Internasional (ICRC).
  • Negara-negara seperti Vietnam, Rusia, Prancis, Singapura, Nigeria, Brasil ikut serta dengan delegasi cukup signifikan.

Tapi menariknya, beberapa kekuatan Barat yang biasanya ikut di forum keamanan tinggi memilih untuk mengirim delegasi yang tingkatannya lebih rendah. Amerika Serikat, misalnya, hanya mengirim atase pertahanan dari kedutaannya di Beijing tahun ini.

Konteks Geopolitik & Tujuan China

Forum ini jelas bukan hanya sekadar pertemuan pertahanan rutin. China menggunakan Xiangshan Forum sebagai panggung diplomasi strategis, terutama untuk:

  • Memperluas pengaruhnya di kawasan Asia-Pasifik dan Global South — dengan menegaskan prinsip-prinsip seperti kedaulatan, non-intervensi, dan penyelesaian konflik melalui dialog.
  • Menawarkan visi “tatanan keamanan global yang adil dan masuk akal” melalui inisiatif Global Security Initiative (GSI) dan Global Governance Initiative (GGI).
  • Merespons meningkatnya ketegangan di beberapa titik konflik di Asia, seperti di Laut China Selatan, di mana perangkap diplomasi dan aksi militer Beijing menjadi perhatian banyak negara tetangga.

Meskipun nuansanya diplomatik, forum ini juga menjadi panggung bagi China untuk menampilkan modernisasi militer yang makin terlihat, termasuk teknologi senjata canggih, drone bawah laut, sistem hipersonik, dan kapasitas PLA (People’s Liberation Army) lainnya. Delegasi luar berharap dapat mendapatkan wawasan dari pertemuan ini mengenai seberapa jauh kemampuan operasional alat-alat ini dan seberapa transparan struktur komando militer China.

Namun, banyak pengamat juga mencatat bahwa tingkat delegasi yang lebih rendah dari beberapa negara Barat menunjukkan bahwa forum ini belum mendapatkan tingkat kepercayaan atau prioritas yang sama sebagaimana forum Dialog Shangri-La di Singapura. Washington, misalnya, masih memilih forum Shangri-La untuk menyampaikan kebijakan keamanan regionalnya.

Dalam panel-panel dan sesi pleno, beberapa tema besar yang dibahas antara lain:

  1. Governança keamanan global — bagaimana negara-negara dapat membuat sistem keamanan bersama yang lebih adil, responsif, dan menghormati kedaulatan negara-negara kecil maupun besar.
  2. Perkembangan kekuatan besar — persaingan strategis antara kekuatan seperti AS, China, Jepang, Korea Selatan dan lainnya, termasuk bagaimana mereka bernegosiasi dalam kerangka diplomasi dan militer.
  3. Teknologi perang dan kontrol senjata — diskusi tentang senjata hipersonik, drone, rudal, dan bagaimana regulasi atau perjanjian dapat dikembangkan agar tidak terjadi eskalasi militer tanpa kontrol.
  4. Diplomasi Global South — negara-negara berkembang di Asia, Afrika, Amerika Latin menjadi fokus China sebagai mitra dalam menyusun norma-norma keamanan baru, terutama menghindari campur tangan asing dan mempertahankan hak mereka dalam soal maritim, keadilan internasional, dan keamanan.

Tantangan dan Kritik

Forum Xiangshan bukan tanpa kritik. Beberapa tantangan / catatan dari pengamat:

  • Kredibilitas dan Transparansi
    Banyak pihak ingin melihat sejauh mana China benar-benar memenuhi janji transparansi dalam modernisasi militer dan struktur komando PLA. Karena selama ini, banyak aspek militer China yang masih tertutup.
  • Respon dari negara-negara Barat dan sekutu
    Dengan tingkat delegasi yang lebih rendah untuk forum ini dari beberapa negara Barat, ada indikasi bahwa forum ini belum sepenuhnya dianggap equal dalam pengaruhnya sebagai forum keamanan internasional.
  • Potensi penggunaan diplomasi sebagai soft power semata
    Beberapa negara khawatir bahwa Xiangshan Forum bisa digunakan terutama sebagai alat propaganda atau legitimasi politik, bukan murni dialog perdamaian.

Forum ini bisa membawa dampak nyata jika China mampu menarik lebih banyak negara Global South ke dalam visi keamanannya. Beberapa poin yang mungkin menjadi efek ke depan:

  • Negara-negara Asia Tenggara mungkin akan menggunakan forum seperti Xiangshan sebagai platform diplomasi alternatif untuk menyeimbangkan pengaruh antara AS dan China.
  • Isu-isu seperti sengketa maritim, kontrol senjata, dan keamanan teknologi bisa mulai dibicarakan dalam mekanisme yang lebih multilateral dan bukan hanya dalam kerangka aliansi tradisional Barat.
  • Dalam jangka menengah, forum seperti ini bisa mempercepat pembentukan norma-norma keamanan baru — misalnya dalam pemilikan drone, sistem rudal hipersonik, atau pengumpulan intelijen di wilayah maritim.

Forum Xiangshan 2025 bukan sekadar forum tahunan: ini adalah sinyal kuat dari China bahwa mereka berambisi membentuk perangkat diplomasi keamanan dan norma internasional yang lebih condong ke model multipolar, di mana suara negara-negara non-Barat dan Global South dihargai.