
Jakarta, 17 Agustus 2025 — Presiden Prabowo Subianto tampil elegan penuh makna saat memimpin Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi HUT ke-80 RI di Istana Merdeka. Ia mengenakan beskap Melayu berwarna putih gading, kain khas Nusantara, songkok, serta aksesoris yang mencuri perhatian: kalung bunga melati.
Penampilan Presiden Prabowo tampak khidmat dan berwibawa, menerjemahkan semangat Bhinneka Tunggal Ika melalui pakaian. Ia mengenakan Beskap Melayu berpadu kain tradisional, menegaskan identitas lokal sekaligus nasional. Warna putih gading tidak sekadar estetika, tetapi merepresentasikan ketulusan dan kesederhanaan—nilai fundamental sebagai pemimpin negara.
Di kepala, songkok menambah formalitas, sementara kain nusantara menegaskan jati diri budaya. Semuanya selaras dengan ketentuan berpakaian ‘Wastra Nusantara’ yang ditetapkan untuk perayaan HUT ke-80 RI.
Angga Raka Prabowo, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, menjelaskan bahwa kalung melati bukan sekedar hiasan—melainkan bagian dari budaya leluhur, bunga nasional yang sarat nilai.
Simbolisme melati sangat kuat dalam tradisi Indonesia: ia melambangkan kesucian, keindahan, ketulusan, dan harmoni, bahkan dipercaya membawa keberuntungan dan perlindungan—menurut kepercayaan dalam primbon Jawa.liputan6.combola.com Bunga ini juga sudah resmi diangkat sebagai puspa bangsa, bunga nasional Indonesia sejak tahun 1993, meski maknanya telah melekat jauh sebelumnya.
Menempatkan melati sebagai kalung dalam konteks kenegaraan bukan sekadar menghias; ia menegaskan kesucian, kedamaian, dan harapan kebersamaan, pendekatan yang mencerminkan kebutuhan untuk memperkuat rasa persatuan di setiap momentum nasional.
Tidak hanya Presiden, sejumlah pejabat, tokoh masyarakat, hingga selebritas turut memakai kalung melati, termasuk Wulan Guritno, Ario Bayu, Velove Vexia, Nicholas Saputra, Yenny Wahid, Puan Maharani, dan lainnya. Kehadiran figur-figur ini mengenakan rangkaian melati menegaskan karakter inklusif acara—membangun jembatan antara kepemimpinan dan publik.
Makna dalam Perspektif Seremoni Kenegaraan
Dalam konteks upacara kenegaraan, kalung melati berfungsi sebagai penanda seremoni, simbol ketulusan dan penghormatan. Kombinasi kalung melati dengan busana tradisional memberikan keseimbangan antara formalitas dan kehangatan budaya—menjaga identitas tanpa kehilangan dignitas kenegaraan
Melati sudah lama menjadi bagian hidup masyarakat—dari digunakan dalam ritual pernikahan, hiasan kepala pengantin tradisional, hingga sebagai karangan bunga simbolik untuk mengingat pahlawan. Lagu-lagu patriotik seperti “Melati di Tapal Batas” atau “Melati Suci” juga menegaskan melati sebagai lambang pahlawan dan cinta tanah air yang abadi.