
HONG KONG — Kota metropolitan Hong Kong tengah berduka dalam skala yang belum pernah terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Sebuah kebakaran besar yang melanda kompleks apartemen bertingkat tinggi di Distrik Tai Po telah menewaskan sedikitnya 44 orang dan menyebabkan 279 orang lainnya dinyatakan hilang per Rabu (26/11/2025). Insiden tragis ini langsung memicu reaksi cepat dari aparat kepolisian, yang telah menangkap tiga pria dengan tuduhan serius: pembunuhan.
Musibah ini, yang ditingkatkan menjadi Level Lima—tingkat keparahan tertinggi dalam sistem klasifikasi kebakaran Hong Kong—menandai salah satu bencana paling mematikan di wilayah tersebut. Kerugian nyawa dan materiil yang ditimbulkan menuntut penyelidikan mendalam terhadap standar keselamatan gedung pencakar langit yang menjadi ciri khas kota tersebut.
Kronologi dan Penyebaran Api yang ‘Tidak Biasa’
Kebakaran masif ini bermula dari titik yang tidak lazim: perancah bambu yang dipasang di sisi luar salah satu menara apartemen setinggi 32 lantai. Perancah bambu, yang merupakan pemandangan umum dalam konstruksi di Hong Kong, ternyata menjadi jalur cepat penyebaran api.
Direktur Dinas Pemadam Kebakaran, Andy Yeung, mengonfirmasi bahwa kobaran api berhasil dikendalikan sesaat setelah tengah malam, namun dampak yang ditimbulkan sudah terlampau parah. Kondisi angin yang kencang diduga menjadi faktor pendorong utama yang memperburuk penyebaran api, membuatnya menjalar cepat dari perancah bambu ke bagian dalam gedung, dan kemudian meluas ke struktur bangunan di sekitarnya.
Seorang pejabat setempat, dikutip dari CBS News, menyatakan keprihatinannya: “Ini penyebaran api yang tidak biasa. Kami akan memeriksa apakah dinding luar gedung telah memenuhi persyaratan keselamatan kebakaran.”
Pernyataan ini mengindikasikan bahwa fokus penyelidikan kini tidak hanya tertuju pada penyebab awal kebakaran, tetapi juga pada potensi pelanggaran atau kegagalan material konstruksi, khususnya material pelapis eksterior (cladding). Pihak berwenang tengah menyelidiki kemungkinan bahwa material ini tidak memenuhi standar ketahanan api, yang memungkinkan api menjalar dengan kecepatan fatal.
Rekaman video dari lokasi kejadian menunjukkan petugas pemadam kebakaran berjuang mati-matian menyemprotkan air dari atas truk tangga, sementara asap hitam pekat mengepul tak terkendali dari setiap jendela. Bara api yang jatuh ke tanah saat langit mulai gelap menciptakan pemandangan yang mencekam dan memperburuk kepanikan.
Duka Mendalam: Petugas Pemadam yang Gugur dan Belasungkawa dari Beijing
Tragedi ini juga merenggut nyawa seorang pahlawan. Andy Yeung menyampaikan duka mendalam atas gugurnya seorang petugas pemadam kebakaran, yang berusia 37 tahun dan telah mengabdi selama sembilan tahun.
“Semua rekan kami sangat berduka atas kehilangan seorang rekan yang begitu setia,” ujarnya dalam pernyataan resmi, menggarisbawahi risiko yang dihadapi oleh para petugas penyelamat di lapangan.
Korban jiwa dari petugas pemadam kebakaran ini menarik perhatian langsung dari Beijing. Presiden China, Xi Jinping, melalui saluran televisi pemerintah CCTV, menyampaikan belasungkawa atas gugurnya petugas tersebut dan mengirimkan simpati kepada keluarga para korban. Xi Jinping juga secara eksplisit menyerukan agar segala upaya dilakukan untuk meminimalkan jumlah korban jiwa serta kerugian material akibat kebakaran. Intervensi tingkat tinggi dari Presiden Xi menunjukkan betapa seriusnya insiden ini dianggap oleh pemerintah pusat.
Sementara itu, Pemimpin Eksekutif Hong Kong, John Lee, mengumumkan bahwa hingga Rabu (26/11/2025), sebanyak 29 korban masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit, menambah daftar panjang orang-orang yang berjuang untuk pulih dari cedera dan trauma akibat bencana tersebut.
Investigasi Pembunuhan: Fokus pada Tiga Tersangka
Penangkapan tiga pria dengan tuduhan pembunuhan di tengah situasi bencana ini menjadi plot twist paling mengkhawatirkan. Meskipun rincian spesifik mengenai keterlibatan para tersangka dalam insiden kebakaran belum diumumkan secara resmi, langkah tegas polisi ini mengisyaratkan bahwa pihak berwenang memiliki bukti kuat yang menunjukkan bahwa kebakaran ini bukan sekadar kecelakaan semata.
Penyelidikan kini berjalan paralel: satu sisi fokus pada penyebab teknis (material gedung dan perancah bambu), dan sisi lain fokus pada aspek kriminal, yang mungkin melibatkan sabotase, kelalaian ekstrem, atau bahkan tindakan sengaja yang memicu api. Masyarakat kini menuntut transparansi penuh dan keadilan bagi para korban dan keluarga yang ditinggalkan.
Pihak kepolisian diperkirakan akan menyelidiki motif dari ketiga pria tersebut, hubungan mereka dengan kompleks apartemen, dan peran mereka dalam insiden yang telah merenggut puluhan nyawa. Kehadiran tuduhan pembunuhan dalam insiden kebakaran besar adalah hal yang jarang terjadi, menunjukkan keseriusan pihak berwenang untuk mencari pertanggungjawaban pidana tertinggi.
Tragedi Tai Po telah membuka kembali perdebatan lama mengenai standar keselamatan kebakaran di gedung-gedung tua Hong Kong, terutama yang sedang menjalani renovasi atau konstruksi ulang. Ketika kota-kota lain di dunia mulai beralih dari pelapis yang mudah terbakar, insiden ini menjadi peringatan keras bagi otoritas setempat untuk segera memperketat regulasi dan inspeksi konstruksi.
