August 23, 2025
Apple Mulai Produksi di AS: Apakah iPhone Akan Lebih Mahal?

Apple baru saja membuat gebrakan besar dengan memperluas fasilitas manufakturnya di AS—mulai dari pusat riset hingga produksi komponen kunci seperti kaca pelindung iPhone—namun, banyak pertanyaan muncul: apakah hal ini akan membuat harga iPhone melonjak?


Komitmen Manufaktur AS Bernilai Triliunan Rupiah

Pada 6 Agustus 2025, CEO Apple, Tim Cook, mengumumkan investasi tambahan senilai US$100 miliar untuk mendukung manufaktur di AS selama empat tahun ke depan. Ini melengkapi janji awal investasi sebesar US$500 miliar, sehingga total komitmennya mencapai US$600 miliar (The Verge, Investopedia).

Sebagai bagian dari program ini—disebut American Manufacturing Program (AMP)—Apple menggandeng Corning untuk memproduksi 100% kaca pelindung iPhone dan Apple Watch di fasilitas canggih mereka di Harrodsburg, Kentucky. Apple menggelontorkan investasi sebesar US$2,5 miliar untuk proyek ini, sekaligus mendirikan Apple‑Corning Innovation Center di lokasi tersebut (Apple, TechRadar, Investopedia).

Pengumuman ini mendapat sambutan positif dari pemerintahan AS; Apple mendapatkan pengecualian atas tarif 100% untuk impor semikonduktor dan chip, selama mereka terus membangun fasilitas di dalam negeri (Business Insider, ft.com).


Dampak Terhadap Harga iPhone: Analis Sebut Bisa Naik Signifikan

Meskipun investasi besar ini menggembirakan, analis keuangan memperingatkan risiko kenaikan harga iPhone secara drastis jika produksi sepenuhnya dipindahkan ke AS:

  • Bank of America menyatakan, jika hanya merakit iPhone di AS (tanpa mengubah sumber komponen), harga bisa naik sekitar 25 %. Namun, jika ditambah tarif atas komponen impor, kenaikannya bisa mencapai hingga 90 %—misalnya dari US$1.199 menjadi sekitar US$2.300 (worldecomag.com, MacRumors).
  • Dan Ives dari Wedbush Securities bahkan memprediksi, jika seluruh rantai pasokan pindah ke AS (termasuk chip dan pengemasan), harga iPhone bisa tembus US$3.500 (worldecomag.com).

Biaya Tenaga Kerja dan Infrastruktur: Tantangan Besar

Pindahnya produksi iPhone ke AS berarti menghadapi biaya tenaga kerja yang jauh lebih tinggi. Upah pekerja di AS berkali lipat dibanding China, ditambah tantangan rekrutmen teknisi ahli dan membangun kembali rantai pasokan kompleks yang sudah mapan di Asia (MacRumors, Wikipedia).


Sejarah: Upaya Reshoring yang Pernah Tertunda

Apple sebenarnya pernah mencoba membawa kembali produksi—seperti rencana pabrik Foxconn di Wisconsin atau investasi manufaktur di Brasil—namun sebagian besar tidak memenuhi harapan. Pabrik Foxconn di Wisconsin sempat diproyeksikan menyerap 13.000 tenaga kerja, namun akhirnya hanya merekrut sekitar 1.400 orang (TechRadar, Investopedia).


Apa Arti Semua Ini untuk Konsumen?

Saat ini, belum ada tanda bahwa iPhone akan jauh lebih mahal dalam waktu dekat. Justru sebaliknya, Apple mendapat stimulus pajak dan insentif berkat inisiatif manufaktur di dalam AS (Business Insider, ft.com).

Namun secara jangka panjang, pindahnya sebagian besar atau seluruh proses produksi ke AS kemungkinan akan menekan margin keuntungan Apple atau diteruskan ke konsumen melalui harga yang lebih tinggi. Analis seperti Bank of America dan Dan Ives jelas mengingatkan bahwa biaya pabrikasi akan meningkat secara signifikan jika Apple menerapkan model onshoring penuh.


Kesimpulan

Apple memang memperlihatkan komitmen kuat terhadap investasi dan produksi di AS lewat proyek ambisius bersama Corning. Langkah ini penting untuk strategi global mereka—menjawab tekanan tarif, mengamankan rantai produksi, dan menjaga hubungan dengan pemerintah AS.

Namun, apabila Apple benar-benar memindahkan produksi iPhone sepenuhnya ke AS, kemungkinan besar harga jualnya akan jauh lebih tinggi. Ini bukan sekadar isu teknis, tapi pertaruhan strategi perusahaan dan nilai bagi konsumen global.